You are currently viewing Sumbergizi.com Ramaikan Persaingan Industri Agritech di Indonesia

Sumbergizi.com Ramaikan Persaingan Industri Agritech di Indonesia

Sektor pertanian di Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian sebesar 13,7 persen dari PDB (Tahun fiskal 2020).  Menariknya sektor ini juga telah menunjukkan ketahanan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Selama beberapa dekade terakhir, pertanian telah mengalami banyak kemajuan teknologi yang pesat. Mulai di sisi inklusi keuangan —dari petani yang unbankable menjadi bankable—hingga pemanfaatan platform teknologi untuk peningkatan produktivitas dan akses pasar.

Agregator Pangan

Sumbergizi.com merupakan perusahaan agregator produk pangan yang menyasar agri-commerce B2B dan B2C rantai pasok pangan serta layanan agribisnis di Indonesia. Sumbergizi.com mulai fokus menggarap market B2B dan B2C sejak 2019 dan berhasil melewati pandemi covid 19 dengan tanpa bakar-bakar uang. Melalui platformnya, sumbergizi.com menawarkan solusi pengadaan, jual-beli, dan distribusi produk pertanian yang berfokus pada protein hewani. Misinya adalah membuka akses seluas-luasnya bagi para Masyarakat UMKM dibidang F&B dalam mencari bahan baku yang murah dan berkualitas. Mengakses pasar nasional dan permodalan.

Berdasarkan informasi dari data regulator, perusahaan telah berkomunikasi dengan beberapa venture capital untuk menerima pendanaan tahap awal. Perolehan dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan agri-commerce (e-commerce khusus produk peternakan dan perikanan), Fintech untuk mitra UMKM dan hub sebagai jaringan distribusi nasional. Target pendanaan tahap awal ini disebut-sebut melambungkan valuasi sumbergizi.com hingga US$ 60 M.

Dalam pernyataan resmi, Founder sumbergizi.com Yuari Trantono mengungkapkan, “Kami berupaya membantu UMKM di bidang Pangan dalam digitalisasi  dan akses pasar national.  Itu solusi yang dapat kami tawarkan untuk menciptakan ekosistem digital yang menguntungkan. Kami menyiapkan solusi dari hulu ke hilir agar jutaan mitra UMKM dan Konsumen akhir merasakan manfaatnya”.

Sumbergizi.com memiliki visi menjadi perusahaan agregator Rantai pasok pangan dan E-Commerce food service solution no 1 di Indonesia. Di tahun 2022 ini, pihaknya juga akan terus menjalankan ekspansi bisnis, diiringi dengan penyempurnaan fitur-fitur platform sumbergizi demi mendapatkan solusi terbaik bagi para pengguna.

Market size dibidang peternakan dan perikanan hampir mencapai 1700 Triliun/tahun atau setara dengan US$ 132 B. Untuk itulah sumbergizi.com adalah start up agregator pertama yang fokus pada protein hewani yang akan menggarap integrasi bisnis pangan dari hulu sampai hilir.

“ Kami ingin membantu program pemerintah dalam memerangi kemiskinan, pemberantasan gizi buruk dan ikut serta dalam mencerdaskan anak bangsa dengan asupan protein dan gizi yang seimbang serta terjangkau oleh semua kalangan” tegas  Yuari Trantono.

Pemerintah dorong peran agregator

Pada beberapa kesempatan pemerintah mendorong stakeholder untuk mejadi agregator di sektor pertanian dan umkm. Kepastian pasar dari para petani ini sangat penting untuk menunjang kesejahteraan petani. Korporasi petani menjadi wadah yang tepat untuk bisa membantu mengoordinasikan petani, hingga membuka akses pasar. Itulah sebabnya keberadaan korporasi petani tidak dapat lepas dari peran agregator bisnis.

Direktur Jendral Tanaman Pangan Kementan Suwandi memaparkan, korporasi petani yang ada saat ini perlu penguatan dengan agregator. Dia menjelaskan, korporasi tersebut merupakan lembaga bisnis yang berbadan hukum, bisa berupa PT, koperasi, atau bisa juga berupa CV.

Senada dengan kementrian pertanian, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengusulkan perlunya pembiayaan bagi agregator atau penjamin (offtaker) produk-produk pangan.

“Kami mengusulkan perlunya ada pembiayaan bagi agregator atau offtaker produk-produk pangan,” ujar Teten Masduki dalam seminar daring di Jakarta, Jumat.

Sektor pertanian yang menyumbang 13 persen PDB Indonesia saat ini, karenanya meningkatkan penyaluran dana fintecth sangat perlu untuk dilakukan ujar Menkop UKM. Penyerapan KUR di sektor pertanian juga masih tergolong rendah yakni baru terserap 29,84 persen pada Juli 2021, sementara KUR di sektor perdagangan sudah di atas 44 persen.

Untuk mendorong sektor pertanian maka sangat perlu penerapan teknologi terintegrasi, ecommerce, platform, pendanaan, infrastruktur rantai pasok.

“Saya kira tanpa hal tersebut bank tidak akan berani masuk ke sektor produktif pertanian yang usaha-usaha kecil perorangan dalam skala non-ekonomis karena tidak ada kepastian market dan harga. Dengan demikian apabila pembiayaan dana bagi agregator atau offtaker produk-produk pangan optimal , saya kira sektor perbankan mau masuk,” kata Teten.

Tinggalkan Balasan